IT Solution's

Konsultasi - Web Design - Email - Networking - Computer Maintenance

  • IT Service dan Maintenance

    Memberikan solusi untuk masalah Instalasi, Maintenance, Troble Shot, Backup data mingguan baik jaringan atau personal komputer

  • Web Design dan Email

    Kami buatkan website dengan design elegan dan harga bersaing. dan usaha anda juga memiliki coorporate email

  • General Trading

    Kami menyuply barang kebutuhan perusahaan anda. Anda tidak perlu susah mencari source, karena kami yang membantu anda.


    Di daerah Gorontalo, menurut kisah para orang-orang tua, pernah menganut sebuah kebiasaan yang mungkin bisa juga dikategorikan adat pada saat itu. Kebiasaan yang sudah turun-temurun dan kini sudah hilang, yaitu mempelai pria harus mengalaskan selembar kain berwarna putih di  bawah tubuh istrinya. Adat mengalaskan kain putih di bawah tubuh mempelai wanita pada saat malam pertama, memiliki makna penting. Itu sebagai pembuktian untuk mempelai pria bahwa istirnya benar-benar masih suci atau belum pernah terjamah sebelumnya.
    Mungkin pembuktian ini memang tak mengacu pada ilmu biologi yang terkait dengan selaput dara wanita, karena salah satu tanda mempelai wanita masih suci yaitu ketika pertama kali melakukan hubungan suami istri maka ia akan mengeluarkan darah. Jadi ketika suami menemukan darah di kain putih, maka itulah pembuktian bahwa dirinya pertama menjamah istrinya.
    Bukan hanya sampai di situ, pada pagi harinya, mempelai pria akan sungkem kepada mertuanya sambil memperlihatkan kain putih pengalas. Sebagai pertanda dialah yang pertama mendapat kesucian dari putri mereka. Hal ini akan membawa kebanggaan dan kehormatan bagi orang tua dan keluarga besar pihak perempuan bahwa anaknya masih suci. Hal menarik lainnya yakni tanpa sepengetahuan kedua mempelai, orang tua dari pihak mempelai wanita akan menempatkan seorang wanita tua (nenek) yang berasal dari pihak keluarga wanita di bawah tempat tidur mempelai. Artinya nenek itu akan ada di bawah tempat tidur saat prosesi malam pertama berlangsung. Hal tersebut mempunyai makna sebagai berikut :
    1. Nenek tersebut akan menjadi saksi apabila mempelai pria pada malam
      pertamanya melakukan kekerasan atau mengkasari istrinya.
    2. Nenek tersebut akan menjadi saksi apabila mempelai wanita tidak mau
      melayani hak suaminya.
    3. nenek akan bertindak sebagai penengah jika yang terjadi pada kedua mempelai justru bukan bercinta, namun berkelahi.
    Keesokan harinya, nenek akan melaporkan ke orang tua mempelai wanita tentang apa yang terjadi semalam pada kedua mempelai. Jika baik, maka diramalkan pernikahan keduanya akan langgeng, sedangkan jika terjadi hal yang tidak baik maka nenek tersebut akan memberikan semacam rekomendasi agar kedua mempelai tidak usah bersatu lagi.
    Tradisi malam pertama dengan kain putih dan nenek berada di bawah tempat tidur pengantin saat prosesi malam pertama berlangsung saat ini sudah tidak pernah ada yang melaksanakannya. Perkembangan zaman menjadi salah satu penyebabnya. Bila zaman dulu orang tahu bahwa ukuran keperawanan itu dilihat dari apakah mempelai wanita mengeluarkan darah pada malam pertamanya atau tidak.
    Tapi sejak ilmu pengetahuan terutama mengenai selaput dara wanita semakin canggih maka telah dapat dijelaskan bahwa bisa saja keperawanan seorang gadis itu hilang tanpa melakukan hubungan dengan siapa pun.
    Mungkin sewaktu kecil pernah mengalami kecelakaan atau sejenisnya yang membuat selaput dara pecah bahkan bila selaput dara seorang wanita tebal maka bisa jadi selaput dara tidak akan mudah ditembus pada saat malam pertama.
    Tradisi ini kini tinggallah cerita dari orang-orang tua dulu yang pernah mengalaminya.

    Source : hulondhalo.com

    1 komentar :